Raden Mas Soerjopranoto dan Organisasi Adhi Dharma

RM Soejopranoto dan Organisasi Adhi Dharma
R.M. Soejopranoto
Lahir : Yogyakarta, 11 Januari 1871
Wafat : Cimahi, 15 Oktober 1959
Makam : Kota Gede, Yogyakarta
Gelar : SK Presiden RI No. 310/1959

Hai sobat narasi sejarah, pada seri pahlawan nasional kali ini, saya ingin mengajak sobat untuk mengenal salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan. Namnya begitu terkenal di kalangan para buruh pada waktu itu. Ia adalah tokoh yang berani melakukan aksi pemogokan bersama para buruh hingga ia mendapat julukan 'Raja Pemogokan', karena aksinya itu pemerintah kolonial Belanda pernah memenjarakan dirinya berkali-kali, yakni tahun 1923, 1926, dan 1933. Coba sobat tebak siapa tokoh perjuangan kemerdekaan Indoneia itu, jika masih belum tahu siapa dia, yuk simak narasi sejarah sederhannya di bawah ini :

Biografi Singkat Raden Mas Soerjopranoto.

Iskandar adalah nama kecil Soerjopranoto. Ia merupakan kakak kandung Soewardi Suryaningrat atau yang sekarang dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Seperti halnya Soewardi, Soerjopranoto berasal dari lingkungan kraton Yogyakarta. Ayahnya adalah Kangjeng Pangeran Harya (KPH) Suryaningrat, anak dari Pakualaman III. Seandainya ayahnya tidak mengalami penyakit mata yang mengakibatkan kebutaan, Soerjopranoto akan naik tahta karena ia adalah putra sulung.

Pendidikan Barat untuk Bangsawan yang Terhormat.  

Menyandang status bangsawan membuat Soerjopranoto mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan barat. Soerjopranoto bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), Sekolah dasar khusus orang Eropa dan kalangan atas Bumiputera. Selepas dari ELS, Soerjopranoto mengambil Klein Ambtenaren Cursus atau Kursus Pegawai Rendah, yang kurang lebih setingkat dengan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang sekarang setara dengan SMP. 

Bangsawan Harusnya menjadi Pegawai Pemerintah yang benar, Bukannya berbuat 'Onar'. 

Bermodalkan ijasah Klein Ambtenaar, mengantarkan Soerjopranoto menjadi pegawai pemerintahan kolonial yang sejak awal memang tidak disukainya. Karirnya tidak berjalan lancar dan sering diwarnai masalah. Sejak bekerja sebagai pegawai pemerintah kolonial di Yogyakarta hingga mutasi ke Gresik lalu ke Tuban, Soerjopranoto tidak pernah lepas dari aksinya yang sering dianggp lastig (onar) oleh kalangan masyarakat khususnya orang Eropa. 

Ketika bertugas di Tuban sebagai Controleurs-Kantoor, pernah ia bersitegang dengan atasannya karena membela teman kerjanya yang mendapat perlakuan sewenang-wenang (dipecat). Akibatnya ia mengundurkan diri dari pekerjaaanya dan memilih pulang ke Yogyakarta. Berkat bantuan pamannya Pangeran Sasraningrat, ia diangkat menjadi wedana sentana dengan gelar panji di Praja Pakualaman. Selain itu ia juga sempat mendirikan Mardi Kaskaja, semacam usaha gotong royong atau koperasi simpan pinjam.

Meski sudah tidak lagi bekerja di lingkungan pemerintah kolonial, stigma negatif sebagai "penggangu" tetap melekat pada diri Soerjopranoto. Atas usaha asisten residen ia dikirim ke Bogor dengan alasan disekolahkan pada Sekolah Pertanian (Europesche Afdeling) dengan surat tugas langsung ditandatangani Gubernur Jenderal sebagai "izin istimewa". Inilah momen pertemuan dirinya dengan van Hinllopen Laberton, orang Belanda yang mengajarinya ilmu teosofi yang membenci penjajahan. Di Bogor juga, Soerjopranoto bertemu dengan cendekiawan muda Indonesia yang berpikiran sama dengannya. Pada tahun 1907 ia berhasil lulus dan mendapat ijasah Landbouwkundige dan Landbouw-leraar. Pada tahun 1908 sampai dengan 1914 ia dipekerjakan sebagai pegawai pemerintah Hindia Belanda dan menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian (Landbouw Consulent) untuk daerah Wonosobo, Dienge

Raja Pemogokan dan Organisasi Adhi Dharma.

Sejak berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908, Soerjopranoto telah menggabungkan diri dalam organisasi itu dan menjabat sebagai pengurus besar di daerah Yogyakarta. Namun keanggotaanya di Boedi Oetomo tidak belangsung lama dikarenakan adanya penolakan usul Soerjopranoto untuk menjadikan Boedi Oetomo sebagai organisasi yang bersifat kerakyatan. 

Selepas dari Boedi Oetomo, Ia masuk Partai Sarekat Islam pada tahun 1911 dan karena keaktifannya segera menjadi anggota Pucuk Pimpinan.  Tjokroaminoto yang saat itu baru saja terpilih sebagai pemimpin Centraal Sarekat Islam (CSI) menempatkannya di posisi penting. Periode 1915-1917, Soerjopranoto duduk sebagai komisioner CSI. Tahun berikutnya, ia dipercaya menjadi wakil bendahara.

Di waktu yang hampir bersamaan itu, Soerjopranoto mendirikan organisasi Arbeidsleger Adhi Dharma (Barisan Kerja A.D) Pada tahun 1915 di Yogyakarta yang organisasinya disusun seperti di dalam ketentaraan ("eenstrijdend leger") sampai kepelosok-pelosok dusun, di lereng-lereng dan di puncak-puncak gunung ada wakil-wakilnya.
Anggotanya diberi pangkat seperti dalam kemiliteran. Adhi Dharma (=kebaktian yang luhur) bergerak di ekonomi. Usaha-usahanya a.l : meliput tabungan, koperasi pertukangan, pendidikan, kesehatan perbantuan nasihat hukum dan kesemua usahanya didasarkan atas gotong royong. Organisasi Adhi Dharma berjuang untuk kepetingan rakyat umum khususnya tenaga kerja,

Pengaruh Soerjopranoto di Sarekat Islam semakin menguat. Terlebih setelah ia menggagas Personeel Fabrieks Bond (PFB) pada 1917 selain tetap memimpin Adhi Dharma. Gerakan ini adalah cabang dari Adhi Dharma. Perkumpulan ini didirikan sebagai efek dari perlawanan kaum buruh dari pabrik gula yang ada di Padokan, Yogyakarta. Soerjopranoto resmi mengumumkan berdirinya PFB pada tahun 1918. Di tahun yang sama, Adi Dharma bergabung dengan Sarekat Islam sehingga PFB yang ada dibawahnya juga menjadi bagian dari Central Sarekat Islam atau CSI.

Soerjopranoto dalam surat edaran pendirian PFB (Personeel Fabriek Bond atau Perserikatan Buruh Pabrik) mengkritisi hubungan buruh dan majikan di Hindia-Belanda dan menyatakan kedudukan antara kaum buruh dan pemodal laksana mesin dan pelumas, jika tidak ada pelumas maka mesin tidak akan dapat berjalan normal.

Pada Februari 1919, barulah dibentuk dewan pengurus PFB, dengan ketua Soerjopranoto, sekretaris dijabat oleh Soemodiharjo dan Soemoharjono sebagai bendahara. Perkembangan yang pesat dari PFB terjadi mulai ketika musim panen dan penggilingan tahun 1919, muncul inisiatif dari buruh daerah-daerah penghasil gula menuntut hak mereka sebagai buruh.

Perjuangan setelah Kemerdekaan

Setelah Kemerdekaan Indonesia, Soerjopranoto dengan adiknya Ki Hajar Dewantara bersama-sama mengelola perguruan Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922. Selain itu ia juga mendirikan sendiri perguruan Adhi Dharma School pada tahun 1923 namun pada masa pendudukan Jepang di Indonesia ditutup paksa oleh pemerintahan Jepang.

Soerjopranoto juga banyak berkarya di bidang kewartawanan dan pendidikan yang membuat pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar pahlawan nasional karena jasa-jasanya yang membantu pertumbuhan dan perkembangan negara dan bangsa Indonesia.


Demikian narasi sejarah sederhana dari saya yang membahas tentang 'Raja Pemogokan' R.M. Soerjopranoto.dan Organisasi Adhi Dharma. sampai juga di seri pahlawan nasional berikutnya yah sobat.  

Salam Historia.
LihatTutupKomentar