Dr. Sam Ratulangi - Tokoh Pejuang Tiga Zaman

belajarsejarah.web.id - Bagi masyarakat Sulawesi Utara nama Samuel Jacob Ratulangi atau yang lebih dikenal dengan panggilan Sam Ratulangi sudah tidak asing lagi. Namun masih banyak rakyat Indonesia yang belum mengenal tentang dirinya apalagi sumbangsihnya terhadap Indonesia.

Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, saya mencoba berbagi cerita sejarah kepada sobat tentang sosok pahlwana yang bernama lengkap Dr. G. S. Samuel Jacob Ratulangi.

Siapakah Dr. Sam Ratulangi?


Dr. Sam Ratulangi merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia. Gelar pahlawannya dikukuhkan melalui SK Presiden RI No. 590 / 1961. Untuk menghormati akan jasa-jasanya di masa lalu, namanya banyak digunakan sebagai nama jalan dan salah satu universitas terkemuka di Indonesia yaitu Universitas Sam Ratulangi.

Dr. Sam Ratulangi

Keluarga Ratulangi.


Dr. Sam Ratulangi lahir di Tondano, Sulawesi Utara pada tanggal 5 November 1890. Ia bersama 2 saudara perempuan kandungnya adalah buah cinta dari pasangan Jozias Ratulangi dan Agustina Gerungan (putri dari Mayoor Gerungan).

Jozias berprofesi sebagai tenaga pendidik (guru) yang sangat cerdas. Karena prestasinya ia pernah dikirim ke Belanda untuk mengenyam pendidikan lanjutan. Setelah mendapat ijazah hoofdakte, ia kembali ke tanah air dan menjadi kepala sekolah di Hoofdenschool (sekolah untuk anak-anak bangsawan atau raja-raja).

Bagaimana dengan pendidikan Dr. Sam Ratulangi?


Pendidikan dasar dan menengah ditempuhnya di Tondano, Sulawaesi Utara, tepatnya di Europeesche Lagere School (ELS) dan Hooffden School (sekolah raja).

Pada tahun 1904, ia merantau ke Jawa untuk melanjutkan pendidikannya di Indische Artsenschool (Sekolah Dokter Hindia), namun setibanya di Jakarta ia tidak mengurungkan niatnya itu dan lebih memilih untuk bersekolah di Batavia Koningin Wilhelmina School (sekolah teknik yang didirikan pada tahun 1906).

Pada tahun 1911, ia sempat kembali ke Tondano untuk merawat ibunya yang sedang sakit parah dan di tahun yang sama, ibunya meninggal dunia. Sedangkan ayahnya telah meninggal saat ia berada di Jawa untuk bersekolah.

Setelah peristiwa yang menyedihkan itu, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Eropa. Pada tahun 1912, ia tiba di Amsterdam dan melanjutkan studinya ke Vrije Universiteit van Amsterdam.

Selama di Belanda, berturut-turut ia berhasil mendapatkan gelar pendidikan seperti Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek (1913), Hulpacte guru (1914), Middelbare Acte Wiskunde dan Middelbare Acte Opvoedkunde (1915).

Perjalanan studi Sam Ratulangi di Belanda tidak selalu berjalan mulus. Seperti saat ia tidak diperbolehkan mengikuti ujian sehingga membuatnya tidak mampu menyelesaikan studinya secara menyeluruh. Hal ini disebabkan aturan Universitas mengharuskan dirinya mengantongi ijazah setingkat SMA namun ia tidak memilikinya karena tidak sempat menyelesaikan studinya di Hogere Burgerschool (HBS) atau Algemene Middelbare School (AMS).

Atas saran Mr. Abendanon, Sam Ratulangi melanjutkan pendidikannya di Universitas Zurich, Swiss dan berhasil memperoleh gelar Doktor der Natur-Philosophie (Dr. Phil.) untuk Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dari universitas tersebut.

Perjalanan Karir 


Dr. Sam Ratulangi lulus dari Batavia Koningin Wilhelmina School dengan nilai yang sangat baik, sehingga memberikannya peluang untuk bekerja sebagai ahli teknik mesin di daerah Priangan Selatan dan mulai bekerja di proyek konstruksi rel kereta api.

Selama masa kerjanya di proyek pembangunan rel kereta api, Sam Ratulangi sering mengalami perlakuan tidak adil dari pemerintah kolonial Belanda. Ia dan teman-temannya menerima gaji yang lebih rendah dari para pekerja yang mempunyai nama kebelanda-belandaan. Hal inilah yang memacu semangatnya untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi agar mampu mengangkat kehidupannya  lebih baik lagi di kemudian hari. Setelah projek itu selesai ia melanjutkan studinya ke Belanda.

Ia kembali ke Indonesia pada tahun 1919 (setelah menjalani pendidikan di Belanda) dan menetap di Yogyakarta untuk mengajar matematika juga sains di sekolah teknik Prinses Juliana School. Namun tidak lama, profesi ini harus ditinggalkannya karena banyak yang tidak setuju jika anak-anak mereka (yang keturunan Belanda), diajar oleh mereka yang berasal dari kaum pribumi.

Lepas dari profesi guru, Sam Ratulangi mendirikan dan memulai profesi barunya sebagai pimpinan perusahaan Assurantie Maatschappij Indonesia di Bandung bersama dengan Roland Tumbelaka (dokter yang berasal dari Minasaha) pada tahun 1924.

Perjuangan Dr. Sam Ratulangi di Jalur Politik.


Pengalaman Sam Ratulangi dalam memimpin suatu organisasi sudah terlihat sejak ia masih aktif menuntut ilmu di Belanda. Pada tahun 1914, ia di percaya menjadi Ketua Perhimpunan Mahasiswa (Indische Vereniging) Indonesia di Belanda dan selama di Swiss juga ia menjadi ketua organisasi Association d’Etudiants Asiatique yang beranggotakan pelajar-pelajar Asia selama 1915-1916.

Dr. Sam Ratulangi

Masa Penjajah Kolonial Belanda


Pengalaman-pengalaman tersebut membuat partai Perserikatan Minahasa tidak ragu untuk mencalonkan Sam Ratulangi menjadi sekretaris di Minahasa Raad (Badan Perwakilan Daerah). Kesempatan ini memberikan jalan untuknya melakukan banyak hal bermanfaat khususnya bagi masyarakat Minahasa. Contohnya seperti mendirikan yayasan dana belajar, membuka daerah baru untuk lahan pertanian dan satu hal yang sangat penting adalah ketika dirinya mampu membuat pemerintah kolonial untuk menghapuskan Herendiensten (kerja paksa) di Minahasa.

Bersama dengan R. Tumbelaka, pada tahun 1927 mereka mendirikan Partai Persatuan Minahasa. Pada perkembangannya partai ini dilarang untuk ikut serta dalam partisipasi politik oleh pemerintah kolonial dikarenakan serangkai aksi pemberontakan yang dilakukan oleh para anggotanya terutama yang berasal dari militer. 

Tidak ingin perjuangannya terhenti karena peristiwa tersebut, mereka lantas mendirikan partai baru yaitu Persatuan Minahasa. Agar peristiwa (pemberontakan) sebelumnya tidak terulang kembali, mereka memberikan batasan untuk keanggotaannya terbatas pada warga sipil saja. 

Partai baru ini memberikan suatu identitas lokal kepada anggotanya dalam skala nasional. Pada tahun 1939, bersama dengan beberapa partai lainnya, Partai Minasaha menjadi pemrakarsa berdirinya GAPI (Gabungan Politik Indonesia).  

Tahun 1927 menjadi salah satu titik penting bagi karir politik Sam Ratulangi ketika ia terpilih menjadi wakil rakyat Minasaha di Volksraad. Tergabung dalam fraksi kebangsaan bersama Husni Thamrin, mereka memperjuangkan nasionalisme bangsa Indonesia dan mendukung petisi Soetardjo di Volksraad meski ditolak oleh pemerintah kolonial.

Karena pandangan politiknya yang dilihat sebagai upaya memusuhi pemerintah kolonial, akhirnya ia ditangkap pada tahun 1937, perisitiwa ini sekaligus menjadikan karir politiknya di Volksraad terhenti. Selama 4 bulan ia menjalani masa hukumannya di penjara Sukamiskin, Bandung dan selama 3 tahun tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam Volksraad.

Setelah bebas, Sam Ratulangi menjadi editor di surat kabar Nationale Commentaren pada tahun 1937. Meski tidak lagi dapat berjuang di Volksraad, ia tetap memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui artikel - artikel yang ditulisnya di surat kabar tersebut. Tulisannya lebih banyak menyerang pemerintah kolonial dan berupaya menyadarkan masyarakat akan kondisi yang selama ini menyengsarakan mereka.

Masa Pendudukan Jepang


Semasa pendudukan Jepang di Indonesia, tidak diperkenankan adanya aktifitas politik apapun bentuknya. Hal ini menyebabkan sementara padamnya perjuangan tokoh-tokoh Indonesia dalam bidang politik termasuk Sam Ratulangi.

Jepang memanfaatkan tokoh-tokoh politik Indonesia untuk membantu mereka memenangkan peperangan yang sedang dihadapi dengan menempatkan mereka pada jabatan-jabatan penting pada organisasi bentukan Jepang dan Ratulangi termasuk salah satunya. Pada tahun 1943, ia ditugaskan sebagai penasihat untuk pemerintah militer pendudukan di Jakarta. Setahun kemudian ia dipindahkan ke Ujung Pandang untuk mengisi posisi penasehat angkatan laut Jepang. 

Memasuki pertengahan tahun 1945, di mana Jepang yang mengalami kemunduran dalam peperangan, kondisi ini dimanfaatkan oleh Ratulangi untuk mempersiapakan khususnya rakyat Minahasa akan kemungkinan kemerdekaan dalam waktu dekat dengan mendirikan organisasi Sumber Darah Rakyat (SUDARA).

Masa Kemerdekan Indonesia


Peran penting Dr. Sam Ratulangi di masa kemerdekaan Indonesia terbagi menjadi beberapa peristiwa. Pertama, Ia terpilih menjadi anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) mewakili Sulawesi. Ia bersama anggota PPKI lainnya bahu membahu untuk menyiapkan secepat mungkin keperluan bangsa Indonesia yang kemerdekaannya sudah di depan mata pada waktu itu. Saat momen sakral pembacaan teks proklamasi kemerdekaan pun ia menghadirinya.

Kedua, Terpilihnya ia sebagai Gubernur Sulawesi yang pertama. Setelah Indonesia merdeka, di seluruh wilayah Indonesia dihadapkan pada kondisi rawan terjadi konflik antara tentara Jepang yang masih tidak mau menyerah atau pasukan sekutu yang membawa kembali pasukan NICA (Belanda) dengan rakyat Indonesia. Peran Sam Ratulangi yang menjabat sebagai Gubernur Sulawesi saat itu sangat berpengaruh.

Ketika rakyat Sulawesi berjuang mempertahankan kemerdekaan, Sam Ratulangi bernegosiasi dengan berbagai pihak untuk tetap menjaga situasi dalam damai. Disamping itu juga, ia tetap menolak segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah Belanda untuk memisahkan wilayah Indonesia.

Kegigihan dan semangat nasionalisme yang tidak pernah padam inilah yang membuatnya ditangkap oleh pemerintah Belanda pada tanggal 5 April 1946 dan dipenjara dan diasingkan ke Pulau Serui, Papua Barat selama 3 bulan.

Ketiga, Saat berada di Pengasingan. Meskipun berstatus sebagai tahanan, Sam Ratulangi tidak pernah berhenti berbuat sesuatu yag bermanfaat bagi perkembangan rakyat Indonesia yang berada di tempat ia dan rekan-rekannya di asingkan, seperti pendirian sekolah lokal dan organisasi sosial.
 
Keempat, Saat diangkatnya ia menjadi dewan penasehat khusus untuk pemerintah Indonesia dan anggota delegasi Indonesia dalam upaya negosiasi dengan Belanda. 
 
Ketika terjadi agresi militer Belanda II, ia dan beberapa tokoh Indonesia ditangkap kembali oleh Belanda, namun karena alasan kesehatan ia diijinkan untuk tinggal di Jakarta, hingga akhirnya Ratulangi meninggal pada tanggal 30 Juni 1949. Jenasahnya dimakamkan di kampung halamannya di Tondano.
 
Dr. Sam Ratulangi
 
Demikian sepenggal kisah tentang perjuangan Dr. Sam Ratulangie yang dapat saya bagikan kepada sobat sejarah. Semoga bermanfaat dan terima kasih atas kunjungannya.
 
Salam Historia!
 
 
 
Sumber Referensi :
 
 
 
 
LihatTutupKomentar