Abstrak A.R. BASWEDAN : MENENUN KEBANGSAAN PERANAKAN ARAB-INDONESIA

Latar Belakang

Di dalam komunitas peranakan Arab di Indonesia terdapat 2 golongan yang saling berseteru yaitu golongan Sayid (keturunan Nabi) dan Non-Sayid. Kedua golongan ini kemudian mengorganisasikan dirinya ke dalam Ar Rabitah (sayid) dan Al Irsyad (non sayid). Perseteruan keduanya tidak hanya terjadi seputar masalah adat istiadat, tradisi, sosial bahkan merembet hingga urusan politik.

Perpecahan dalam peranakan Arab di Indonesia semakin menjauhkan mereka dari arus pergerakan nasional. Perseteruan yang tidak ada habisnya dan tidak teratasi itu, membuka mata seorang A.R. Baswedan lebih lebar. Pada awalnya, Baswedan termasuk pemuda yang berkobar-kobar semangat kebangsaan kearabannya dan fanatik pada satu golongan : Al Irsyad. Namun seiring diskusi yang ia lakukan bersama dengan berbagai tokoh pergerakan nasional,  cara berpikirnya terus bergerak dinamis hingga mengalami "revolusi pikiran".



Tercetuslah ide mendirikan Persatuan Arab Indonesia (PAI). Demi mewujudkan cita-citanya itu, Baswedan rela melepas pekerjaannya sebagai jurnalis dengan penghasilan 25 gulden sebulan, padahal ia sudah berkeluarga dan memiliki anak.

Riwayat Perjuangan

Langkah awal yg ditempuh Baswedan adalah membuat kompromi antara Al Irsyad dan Ar Rabitah dengan tidak menyebutkan "sayid" tetapi diganti memakai sebutan "saudara" ketika kedua-duanya bertemu dan bercakap-cakap. Selanjutnya, ia mengunjungi tokoh-tokoh Al Irsyad dan Ar Rabitah yang ada di kota-kota besar di Indonesia seperti Surabaya, Semarang hingga Jakarta (Batavia) untuk berdialog tentang komprominya tersebut.

Setelah Baswedan mendapat dukungan dari berbagai tokoh keturunan Arab. Ia kemudian mengadakan konferensi keturunan Arab pada tanggal 3-5 Oktober 1934 di Semarang.  Hasil konferensi itu menggemparkan keturunan Arab seluruh Indonesia dengan diucapkannya "Sumpah Pemuda Keturunan Arab" yang memuat tiga butir pernyataan : (1) Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia (2) Peranakan Arab harus meninggalkan kehidupan menyendiri (3) Peranakan Arab memenuhi kewajibannya terhadap tanah-air dan bangsa Indonesia. Tampak jelas bahwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 mengilhami Baswedan dan mereka yang hadir dalam hari yang bersejarah itu sebagai lahirnya Persatuan Arab Indonesia. Dalam perkembangannya akan berevolusi menjadi Partai Arab Indonesia.

Perjuangan PAI di bawah Baswedan merupakan salah satu kekuatan melawan pemerintah kolonial Belanda. Saat GAPI berdiri tak lama pun, PAI diterima menjadi anggota penuh. Ketika GAPI menyelenggarakan "Indonesia Berparlemen", beberapa pemimpin PAI dipercaya memimpin konferensi gerakan itu, seperti Baswedan di Pekalongan dan Alatas di Serang. Pada masa pendudukan Jepang, PAI bernasib sama dengan organisasi pergerakan nasional lainnya yang dibubarkan lantaran adanya larangan berorganisasi selain organisasi bentukan Jepang. Baswedan tak patah arang. Ia tetap berkontribusi dengan menjadi anggota BPUPKI yang nantinya akan mendapat kehormatan selaku Founding Fathers (Bapak Bangsa) karena merancang konstitusi negara Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Baswedan berturut-turut terus menunjukkan baktinya untuk negeri seperti menjadi anggota KNIP, Menteri Muda Penerangan kabinet Syahrir (Baswedan berjasa dalam upaya mendapatkan pengakuan kemerdekaan Indonesia pertama kali dari bangsa Mesir pada tahun 1947), anggota parlemen hingga duduk di dewan konstituante. Saat usianya tak lagi muda, Baswedan mengisi sebagian hidupnya untuk aktifitas keagamaan, kemasyarakatan maupun hidup bernegara. Ia juga masih mencurahkan pikirannya untuk perjuangan di bidang dakwah. Baswedan berpulang ke Rahmatullah tanggal 15 Maret 1986.

Abstrak A.R. BASWEDAN : MENENUN KEBANGSAAN PERANAKAN ARAB-INDONESIA

 Nilai-nilai Perjuangan 

Melalui sekelumit kisah perjuangan A.R. Baswedan di atas, dapatlah kita peroleh nilai-nilai perjuangannya : (1) Nasionalisme, berangkat dari kesadaran jika peranakan Arab juga bagian dari masyarakat Indonesia, Baswedan mengajak golongannya untuk mengakui tanah air mereka adalah Indonesia bukan Hadramaut. (2) Optimisme, meski pembaruan pikiran yang digagas oleh Baswedan mendapat banyak keraguan dan tentangan dari peranakan Arab, ia terus maju dan tidak mau menoleh ke belakang. Menurutnya, cita-cita itu perlu diperjuangkan!

Kata Kunci : Peranakan Arab, Nasionalisme, Optimisme 

Sumber :

Suratmin dan Didi Kwartanda. Biografi A.R. Baswedan (Membangun Bangsa Merajut Keindonesian)

LihatTutupKomentar