Apa yang menjadi dasar pemikiran dari konsep bhinneka tunggal ika?

 Kalau kita bicara tentang Indonesia, ada satu kalimat sakti yang pasti selalu terdengar: Bhinneka Tunggal Ika. Slogan ini nggak sekadar jadi pajangan di lambang negara Garuda Pancasila, tapi benar-benar jadi napas kehidupan bangsa kita yang super beragam ini. Tapi, pernah nggak sih kepikiran, dari mana sih konsep ini muncul? Kenapa kita harus hidup dalam keberagaman? Yuk, kita bedah lebih dalam!

apa yang menjadi dasar pemikiran dari konsep bhinneka tunggal ika

1. Asal-usul Filosofis: Dari Kitab Kuno ke Identitas Bangsa

Siapa sangka, frasa Bhinneka Tunggal Ika ternyata bukan sesuatu yang baru ditemukan setelah Indonesia merdeka. Istilah ini sebenarnya berasal dari kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Kerajaan Majapahit (sekitar abad ke-14). Kitab ini merupakan salah satu karya sastra Jawa kuno yang memiliki nilai filosofis tinggi.

Dalam kitab tersebut, Mpu Tantular menulis: Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa, yang secara harfiah berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran yang mendua. Ini adalah ajaran toleransi, khususnya dalam konteks perbedaan agama antara Hindu dan Buddha pada masa itu. Intinya, meskipun ada perbedaan keyakinan, masyarakat tetap bisa hidup berdampingan.

Konsep ini kemudian diadopsi menjadi semboyan negara Indonesia, karena selaras dengan realitas bangsa kita yang punya ratusan suku, bahasa, adat, dan kepercayaan.


2. Keberagaman Sebagai Keniscayaan: Sejak Dulu Hingga Sekarang

Sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara, masyarakat di wilayah yang kini disebut Indonesia sudah hidup dalam keragaman. Sebut saja Majapahit dan Sriwijaya, dua kerajaan besar yang mengandalkan perdagangan internasional. Pedagang dari India, Arab, Tiongkok, dan Eropa datang membawa budaya dan agama masing-masing, lalu berinteraksi dengan masyarakat lokal. Dari sinilah asimilasi budaya terjadi secara alami.

Ketika Islam masuk ke Nusantara, ia tidak serta-merta menggantikan tradisi lokal, tapi justru beradaptasi dengan budaya setempat. Makanya, kita melihat bentuk-bentuk akulturasi seperti wayang kulit bernuansa Islami, masjid dengan arsitektur khas Jawa, hingga tradisi sekaten di Yogyakarta. Ini membuktikan bahwa masyarakat kita sudah terbiasa dengan keberagaman sejak dulu.

Bahkan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, keberagaman ini menjadi kekuatan. Para pendiri bangsa berasal dari berbagai latar belakang etnis dan agama—Sukarno dari Jawa, Hatta dari Sumatera Barat, Sutan Sjahrir yang berdarah Minang, Ki Hajar Dewantara dari Yogyakarta, dan masih banyak lagi. Mereka memiliki satu visi: Indonesia merdeka dalam kebersamaan.


3. Dasar Pemikiran Bhinneka Tunggal Ika: Kenapa Harus Hidup dalam Keberagaman?

Kalau ditanya, “Kenapa sih kita harus berpegang pada Bhinneka Tunggal Ika?” jawabannya bisa dirunut dari beberapa aspek:

a. Keberagaman adalah Kekuatan

Coba bayangkan kalau Indonesia hanya terdiri dari satu suku dan satu budaya saja. Bukankah kita akan kehilangan banyak kekayaan intelektual, seni, dan tradisi? Justru karena perbedaan inilah kita bisa belajar satu sama lain dan berkembang.

Dari sisi ekonomi, keberagaman juga membawa manfaat. Bayangkan potensi kuliner Nusantara—rendang dari Sumatera Barat, pempek dari Palembang, sate dari Madura, papeda dari Papua—semuanya punya keunikan yang bisa menarik wisatawan dan meningkatkan sektor ekonomi kreatif.

b. Menghindari Perpecahan

Sejarah dunia menunjukkan bahwa perpecahan sering terjadi ketika perbedaan tidak bisa dikelola dengan baik. Kita bisa melihat bagaimana konflik etnis dan agama di berbagai negara menyebabkan perang berkepanjangan.

Indonesia sendiri pernah mengalami masa-masa sulit, seperti peristiwa konflik horizontal di Ambon dan Poso. Tapi justru dari situ kita belajar bahwa keberagaman harus dirawat, bukan dijadikan alat untuk memecah belah.

c. Mewujudkan Keadilan Sosial

Ketika kita menerima konsep Bhinneka Tunggal Ika, kita juga berkomitmen untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nggak ada dominasi satu kelompok atas kelompok lain. Semua warga negara punya hak yang sama untuk hidup dan berkembang tanpa diskriminasi.


4. Tantangan dan Implementasi Bhinneka Tunggal Ika di Era Modern

Meski Bhinneka Tunggal Ika sudah jadi identitas bangsa, bukan berarti kita bebas dari tantangan. Justru, di era digital ini, tantangan semakin besar.

a. Misinformasi dan Polarisasi

Media sosial membuat kita lebih mudah terhubung, tapi juga lebih mudah termakan hoaks. Berita yang memecah-belah seringkali lebih cepat menyebar daripada berita yang membangun persatuan. Inilah yang membuat polarisasi semakin tajam.

b. Eksklusivisme dan Intoleransi

Di beberapa daerah, masih ada kelompok yang sulit menerima perbedaan. Padahal, seharusnya perbedaan justru menjadi bahan untuk belajar dan tumbuh bersama.

c. Kesenjangan Sosial dan Ekonomi

Perbedaan daerah yang maju dan tertinggal juga bisa jadi tantangan. Kalau akses pendidikan dan ekonomi tidak merata, tentu akan muncul ketimpangan yang berujung pada ketidakpuasan sosial.


5. Cara Menjaga dan Menguatkan Bhinneka Tunggal Ika

Meskipun tantangan ada, bukan berarti kita menyerah. Ada beberapa cara untuk tetap menjaga keberagaman agar tetap menjadi kekuatan bangsa:

Pendidikan Multikultural: Sejak dini, anak-anak harus diajarkan bahwa perbedaan adalah hal yang wajar dan perlu dihormati.

Menghindari Polarisasi Digital: Saat menerima informasi, biasakan untuk cek kebenarannya. Jangan mudah terprovokasi oleh isu SARA.

Meningkatkan Interaksi Antarbudaya: Dengan berkunjung ke daerah lain atau sekadar mengenal budaya lain, kita bisa lebih memahami perbedaan tanpa prasangka.

Mendukung Kebijakan Inklusif: Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama menciptakan kebijakan yang tidak memihak satu kelompok saja.


6. Bhinneka Tunggal Ika Bukan Sekadar Slogan, tapi Harus Diamalkan

Pada akhirnya, Bhinneka Tunggal Ika bukan cuma slogan yang dipajang di buku pelajaran atau lambang negara, tapi harus benar-benar kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Keberagaman bukan ancaman, tapi justru anugerah yang membuat Indonesia unik dan kuat.

Jadi, kalau ada perbedaan, jangan langsung merasa terancam atau curiga. Ingat, Indonesia itu besar justru karena perbedaannya! Yuk, kita jaga keberagaman ini bersama-sama!

LihatTutupKomentar