11 Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia (Tokoh, Sifat, dan Tujuan)

Organisasi Pergerakan Nasional - Hai Sobat, pada tulisan sebelumnya telah saya bagikan tentang apa yang menjadi faktor pendorong lahirnya pergerakan nasional Indonesia. Munculnya status sosial baru dikalangan masyarakat Indonesia yaitu para cendekiawan muda, secara langsung tidak langsung merubah pola perlawanan terhadap kolonialisme di Indonesia.

Salah satu cara yang dilakukan bangsa Indonesia menghadapi pemerintah kolonial pada masa pergerakan ialah mendirikan organisasi. Melalui organisasi itu dilakukan perjuangan, baik berupa tuntutan kepada pemerintah maupun perbaikan di kalangan bangsa sendiri. 

A. Pengertian Organisasi Pergerakan Nasional


Menurut kamus bahasa Indonesia, Organisasi merupakan susunan atau kesatuan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan yg teratur. Pergerakan jika dikaitkan dengan perjuangan dapat dipahami sebagi suatu kebangkitan. Sedangkan Nasional seringkali dihubungan dengan suatu wilayah kebangsaan.

Berdasarkan 3 pengertian kata di atas, maka dapat disimpulkan pengertian Organisasi Pergerakan Nasional adalah sekelompok orang dengan struktur keanggotaan resmi, yang memilki satu tujuan bersama-sama berjuang untuk kepentingan suatu bangsa. 

B. Ciri - Ciri Organisasi Pergerakan Nasional


Setiap organisasi memiliki asas persatuannya masing-masing. Tedapat organisasi politik, lalu ada pula yang lebih memfokuskan kegiatannya di bidang-bidang tertentu seperti agama, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.

Strategi perjuangan disesuaikan dengan ciri khas masing-masing organisasi. Secara umum, strategi itu dapat dibedakan atas :

  • kooperasi (bersedia bekerja sama dengan pemerintah) dan
  • nonkooperasi (menolak kerja sama dengan pemerintah).

Bagi sebagian organisasi, strategi itu relatif sifatnya, disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. Pada masa tertentu mereka bersikap kooperasi, tetapi pada masa yang lain bersikap nonkooperasi. Walaupun terdapat dua strategi, namun tujuan akhir semua organisasi itu sama, yakin mencapai kemerdekaan Indonesia.

Sejak kapan organisasi pergerakan nasional itu muncul ? Lalu apa saja organisasi-organisasi itu ?

C. Macam-Macam Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia


1. Organisasi Pergerakan Nasional Budi Utomo


Organisasi pertama yang lahir ialah Budi Utomo. Pada tanggal 20 Mei 1908, dalam sebuah rapat, sekelompok pelajar STOVIA (sekolah dokter Jawa) mendirikan suatu organisasi yang mereka beri nama Budi Utomo, dengan susunan kepengurusan sebagai berikut :
  • Wakil Ketua : M. Soelaiman
  • Sekretaris I :Soewarno
  • Sekretaris II : Goenawan Mangoenkusumo
  • Bendara : R. Angka
  • Komisaris : M. Soewarno, M. Mohamad Saleh, dan M. Goembrek 

Nama Budi Utomo berasal dari bahasa jawa yang berarti “berbudi luhur, diambil atas usul Soeradji dari kata-kata Soetomo sendiri saat mengomentari ceramah dokter Wahidin, “Puniko setunggaling padamelan sae sarta nelakaken budi utami" (itu salah satu perbuatan yang baik dan menujukkan keluhuran budi!).

Organisasi Pergerakan Nasional Budi Utomo
Pelajar STOVIA
(Sumber : sarisejarah.com)

Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah seorang dokter jawa yang terkenal dengan gagasan Studie Fonds. Sebuah gagasan yang lahir dari rasa simpatik terhadap kondisi pendidikan di Hindia Belanda pada masa kolonial. Dimana banyak anak bumiputera yang pintar namun tidak punya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena kendala biaya.

Gagasan Dr. Wahidin, disambut baik oleh Soetomo dan teman-temannya, untuk mewujudkan gagasan itu, mereka mendirikan organisasi Budi Utomo. Seperti nampak pada kepengurusan Budi Utomo di masa awal berdirinya, organisasi ini dipimpin oleh anak-anak muda.

Tujuan dari Budi Utomo dapat diketahui dari anggaran dasarnya yang disetujui oleh pemerintah pada tanggal 28 Desember 1908, disebutkan bahwa Budi Utomo akan berusaha sekuat tenaga memajukan bangsa dan nusa Jawa dan Madura serta memberikan bantuan kepada orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama.

Dalam perkembangannya, Budi Utomo mengalami perubahan kepengurusan dari dipimpin oleh anak-anak muda beralih ke orang-orang tua (priyayi kolot) yang diketuai oleh R. M. Tirtokusumo. Hal ini berdampak pada gerak Budi Utomo yang semakin lambat di tengah-tengah derasnya semangat pergerakan nasional di kalangan masyarakat bumiputera.

Asas “Kebangsaan Jawa” yang tetap dipertahankan oleh Budi Utomo dan sifat organisasinya yang kooperatif dengan pemerintah kolonial menyebabkan organisasi kurang diminati masyarakat. Bahkan Dr. Soetomo pun meninggalkan Budi Utomo pada tahun 1924 dan mendirikan Indosische Studie Club.

Dalam kongres terakhirnya yang diselenggarakan pada tanggal 24 hingga 26 Desember 1935 meresmikan fusi Budi Utomo – Persatuan Bangsa Indonesia dan melahirkan Partai Indonesia Raya (Parindra). Dengan meleburnya Budi Utomo ke dalam Partai Indonesia, maka berakhirlah riwayat Budi Utomo.

2. Sarekat Islam 


Faktor utama berdirinya Sarekat Islam adalah monopoli pedagang-pedagang Cina dalam penjualan bahan baku yang dirasakan oleh pengusaha-pengusaha batik Indonesia di Solo sangat merugikan mereka.

Pedagang-Pedagang Cina sebagai distributor kain batik pada waktu itu tidak hanya menjual bahan baku batik (yang mereka beli dari Pemerintah Kolonial) saja tetapi juga memiliki pabrik pembuatan batik sehingga harga batik yang mereka jual dapat jauh lebih murah daripada pedagang-pedagang bumiputera khususnya orang Jawa. Hal ini mengakibatan daya saing antara pedagang lokal dan pedagang Cina meruncing.

Keadaan itu mendorong H. Samanhudi untuk menghimpun para pengusaha batik dalam sebuah organisasi. Pada akhir tahun 1911, di Solo berdiri organisasi yang bercorak agama dan ekonomi, yakni Sarekat Dagang Islam (SDI), diketuai oleh H. Samanhudi. Pada bulan November 1912, nama SDI berubah menjadi SI (Sarekat Islam). H. Umar Said Tjokroaminoto terpilih menjadi ketua, sedangkan H. Samanhudi hanya sebatas ketua kehormatan (jabatan tanpa wewenang).

Dengan pergantian nama itu, lingkup organisasi bertambah luas. Kalau semula SDI hanya terbatas di kota Solo, sejak bernama SI, organisasi ini melebarkan sayapnya ke daerah-daerah lain. Kedudukan organisasi dipindahkan ke Surabaya

Sarekat Islam bertujuan memajukan perdagangan, membantu anggotanya yang mengalami kesulitan, dan memajukan kepentingan Islam serta kepentingan rohani dan jasmani.

Pada mulanya Sarekat Islam menempuh cara kooperasi. pada waktu pemerintah mendirikan Volksraad (Dewan Rakyat), Sarekat Islam mendudukkan wakil-wakilnya dalam dewan itu, antara lain Tjokroaminoto dan H. Agus Salim bersama tokoh pergerakan lainnya, Abdul Muis. Setelah ternyata Volksraad tidak dapat dipakai sebagai lembaga untuk memperjuangkan kemerdekaan, Sarekat Islam pun menarik wakil-wakilnya. Dengan demikian, Sarekat Islam beralih ke strategi nonkooperasi.

Sarekat Islam tumbuh menjadi partai massa. Hal itu menyebabkan SI menjadi sasaran pihak luar yang ingin menanamkan paham organisasinya di tubuh SI. Beberapa pengurus cabang Sarekat Islam, antara lain Semaun dan Darsono. juga menjadi anggota Indische Sociaal-Democratische Verreniging (ISDV) yang berhaluan marxis. Mereka berusaha memasukkan marxisme ke dalam Sarekat Islam.


tujuan organisasi sarekat islam
Kongres Nasional Sarekat Islam
(Sumber : Pinterest.com)

Untuk mencegah hal itu pimpinan Sarekat Islam mengadakan disiplin partai Anggota yang berhaluan marxis dikeluarkan dari Sarekat Islam. Mereka kemudian mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebagian anggota tidak menyetujui jika aktivitas Sarekat Islam mengutamakan politik tetapi seharusnya lebih banyak memperhatikan masalah agama. Mereka yang tidak setuju akhirnya meninggalkan Sarekat Islam.

Dengan kondisi seperti itu, Sarekat Islam memutuskan bekerja sama dengan pemerintah dan nama menjadi Partai Sarekat Islam. Namanya kemudian berubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) dengan ketua Haji Agus Salim pada tahun 1930.

Karena masalah kooperasi dan nonkooperasi semakin dipertentangkan dalam tubuh PSII, pada tahun 1930-an partai ini terpecah menjadi beberapa kelompok.

3. Indische Partij 


Jika Budi Utomo mengatakan dirinya adalah organisasi yang fokus pada sosial-kebudayaan Jawa dan Sarekat Dagang Islam sebagai organisasi berlandaskan ekonomi dengan motif agama maka organisasi pertama yang secara terang-terangan menyatakan dirinya sebagai partai politik ialah Indische Partij.

Pendiri organisasi Ini lebih dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai. Sekelompok tokoh politik yang dikenal radikal dalam memperjuangkan bangsa Indonesia. Ketiganya ialah :

  1. Douwes Dekker (kemudian mengganti nama menjadi Danudirja Setiabudi), Douwes Dekker adalah seorang Indo-Belanda. pemimpin harian De Express yang tulisan-tulisannya sering bernada tajam mengkritik pemerintah.
  2. Dr. Tjipto Mangunkusumo, Lulusan STOVIA, Tjipto Mangunkusumo dikenal sebagai tokoh radikal yang memisahkan diri dari Budi Utomo karena berbeda pendapat dengan kalangan priyayi yang menguasai organisasi itu.
  3. Suwardi Suryaningrat (kemudian mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara) pada tahun 1912. Suwardi Survaningrat merupakan keturunan bangsawan Pakualaman. Ia sempat mengenyam pendidikan di STOVIA dengan beasiswa dari D. Wahidin namun tidak lulus karena tidak naik kelas yang disebabkan sakit selama 4 bulan lamanya. Ia pernah menjadi anggota Budi Utomo, namun kemudian memisahkan diri karena alasan yang sama dengan Cipto.
tokoh indische partij
Tiga Serangkai
(Sumber : satujam.com)

Indische Partij didirikan pada tahun 1923. Semboyannya yang terkenal berbunyi: Indie los van Holland (Hindia bebas dari Holland) dan Indie voor Indenrs (Hindia untuk orang Hindia). Dipimpin oleh tokoh-tokoh politik radikal menjadikan organisasi ini berhaluan radikal. Indische Partij segera tegas menyatakan bahwa ia berjuang untuk melepaskan diri dari penjajahan.

Di manakah letak keradikalan Indische Partij ?

Radikalisme Indische Partij dapat dilihat dari sikap para pemimpinnya kepada pemerintah. Danudirdja Setiabudi berkata jika segala gerakan politik Indische Partij menuju ke arah pembubaran kehidupan yang jajah-menjajah.  Pemerintah Hindia Belanda haruslah dipandang sebagai partai yang bertentangan dengan cita-cita hendak merdeka.

Dr. Tjipto Mangunkusomo bersama Ki Hajar Dewantara pernah mengkritik tajam pemerintah kolonial melalui goresan pena mereka yang berjudul Als Ik Eens Nederlander was. Mereka menyindir rencana pemerintah yang hendak melakukan perayaan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan melakukan pungutan kepada rakyat bumiputera. Akibatnya mereka berdua ditangkap dan diasingkan ke luar Jawa.

Selain bersikap radikal, Indishe Partij juga memperkenalkan paham nasionalisme yang mereka sebut Indische Nationalisme (Nasionalisme Hindia). Paham itu menjadikan keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan. Dengan cara demikian, lndische Partij berusaha menghilangkan diskriminasi dan kesombongan rasial yang ada dalam masyarakat.

Bagaimakah sikap pemerintah terhadap Indische Partij?

Indische Partij tidak berumur panjang. Partai itu dibubarkan setelah permohonannya untuk pengesahan secara hukum tidak dikabulkan oleh pemerintah karena dianggap terlalu radikal. Sebagian anggotanya kemudian memasuki Insulinde.

Sekalipun Indische Partij sudah dibubarkan, namun tokoh-tokoh utamanya, Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, tetap melanjutkan kegiatan politik. Pada bulan Agustus 1913 mereka, ditambah beberapa tokoh lain, membentuk Komite Bumiputra.

4. Muhammadiyah



Salah satu organisasi Islam yang penting pada masa pergerakan nasional adalah Muhammadiyah. Berbeda dengan Sarekat Islam, organisasi ini tidak berhaluan politik. Kegiatannya bersifat sosial-keagamaan.

K.H. Ahmad Dahlan atas dorongan beberapa orang muridnya dan anggota Budi Utomo mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912.

Organisasi ini memmpunyai tujuan : 
  • mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Sunnah Rasul,
  • memberantas kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang benar,
  • dan memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggota-anggotanya.
Tujuan itu ingin dicapai dengan cara mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, sosial, mendirikan masjid-masjid, dan mengusahakan penerbitan.

Para Pengurus Muhammadiyah Berfoto di Yogyakarta
Para Pengurus Muhammadiyah
(Sumber : http://ilhamihwan.blogspot.com)

Pada tahun 1925, Muhammadiyah sudah memiliki 29 cabang yang tersebar di seluruh Hindia Belanda dan beranggotakan empat ribu orang.

Pada tahun 1931, Muhammadiyah telah memiliki cabang sebanyak 267 dengan anggota mencapai 24.000 orang.
Pemerintah jajahan melihat gerakan Muhammadiyah tidak membahayakan dan karena itu dibiarkan hidup, bahkan sekolah-sekolah Muhammadiyah diberi subsidi oleh pemerintah. Akan tetapi, tidak berarti Muhammadiyah mengekor saja kepada pemerintah. la tetap menunjukkan rasa tidak senang apabila pemerintah mengeluarkan peraturan yang dapat menghalangi perkembangan Islam.


5. Partai Komunis Indonesia


Paham marxis diperkenalkan di Indonesia oleh H.J F.M. Sneevliet, orang Belanda. Dia tiba di Indonesia pada tahun 1913. Pada tahun 1914 dia mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Melalui organisasi ini. dia mengembangkan paham marxis terutama di kalangan buruh. Kemudian, beberapa pemuda tokoh Sarekat Islam cabang Semarang, antara lain Semaun dan Darsono, terpengaruh pula oleh paham marxis.

Kongres Partai Komunis Indonesia
(Sumber : wikipedia.org)

Sesudah revolusi di Rusia pada bulan Oktober 1917, ISDV mengubah namanya menjadi Partai Komunis Hindia. Nama itu kemudian diubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Semaun terpilih menjadi ketua dan Darsono sebagai wakil ketua. PKI juga berhasil mempengaruhi beberapa santri. seperti H. Misbach dari Solo dan H. Datuk Batuah dari Sumatra Barat.

Pada tahun 1924, Ali Archam dan Sardjono memimpin PKI. Dengan kepemimpinan yang baru, PKI mengorganisasi berbagai aksi pemogokan. Akibatnya pemerintah menagmbil tindakan tegas antara lain mengusir tokoh-tokoh PKI seperti Darsono keluar negeri pada tahun 1925, dan Ali Archam dibuang ke Digul. Sementara ilu, tokoh-tokoh yang lain seperti Muso dan Alimin terpaksa melarikan diri ke Singapura dan Tan Malaka ke Manila, Filipina. Dampaknya perjuangan pergerakan nasional Indonesia mengalami kemunduran

6. Taman Siswa


Pada tanggal 3 Juni 1922, Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta. Taman Siswa berpedoman pada asas yang disusun selama tahun 1923. Berdasarkan asas itu mengandung dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur diri sendiri. Hal itu berarti mendidik murid agar berperan, berpikir, dan bekerja merdeka di dalam batas-batas tujuan mencapai kehidupan bersama yang tertib dan damai.

Sistem pendidikan yang bagaimanakah yang dijalankan Taman Siswa?

Pendidikan Taman Siswa didasarkan atas sistem among. Dalam sistem ini guru bertindak sebagai pemimpin yang berdiri di belakang, tetapi mempengaruhi dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri. Sistem ini disebut "tut wuri handayani".

Taman Siswa
(Sumber : rektorandroid.tk)

Taman Siswa mengembangkan sistem pondok Anak didik tinggal bersama dengan guru dalam satu asrama. Taman Siswa menanamkan prinsip hidup sederhana. Bagi Taman Siswa bukan kebendaan yang penting, tetapi kerohanian.

Taman Siswa semakin berkembang. Hal itu terbukti dengan berdirinya sekolah-sekolah cabang Taman Siswa di beberapa tempat di seluruh Indonesia Bahkan, sekolah-sekolah yang sudah berdiri terlebih dahulu menggabungkan diri kedalam Taman Siswa.

Pada tahun 1932 pemerintah mengeluarkan peraturan yang disebut Ordonansi Sekolah Liar. Dalam ordonasi itu ditegaskan bahwa Guru-guru yang akan mengajar di sekolah-sekolah swasta harus mendapat izin dari pemerintah.

Karena kuatnya reaksi dari perguruan-perguruan swasta dan juga dari kalangan tokoh pergerakan nasional, pemerintah mencabut ordonansi tersebut Pencabutan itu merupakan kemenangan pihak Indonesia dan dalam hal ini Taman Siswa memegang andil yang cukup besar.

7.  Partai Nasional Indonesia


Partai ini merupakan perkembangan dan Algemeene Studie Club yang sudah berdiri sejak tahun 1925 di kota Bandung. Partai ini didirikan dan dipimpin oleh golongan terpelajar yang sudah mendapat didikan politik. Diantara para pendirinya terdapat bekas anggota Perhimpunan Indonesia. Ir Soekarno, tamatan Technische Hooge School (sekarang Institut Teknologi Bandung) diangkat sebagai ketua.

Sasaran pokok PNI adalah mencapai kemerdekaan. Untuk itu, semangat kebangsaan perlu dipadu menjadi kekuatan nasional. Caranya ialah memperdalam keinsyafan rakyat dengan mengarahkan mereka pada pergerakan yang sadar. Dari kesadaran itu akan lahir kemauan yang satu. yakni kemauan nasional. Bila kemauan nasional sudah tersebar luas dan dihayati oleh rakyat, kemauan itu akan menjadi perbuatan nasional. Ketiga bentuk itu disebut Trilogi; nalionalis geest, nationale will, dan nationale daad (semangat nasional, kemauan nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional).

kongres Partai Nasional Indonesia
(Sumber : koransulindo.com)

Dengan menyelenggarakan rapat-rapat umum itu. berarti PNI melakukan cara baru, yakni agitasi politik. Terutama pada tahun 1929, rapat-rapat yang bersifat agitasif itu sangat meningkat. Tidak semua tokoh nasionalis menyetujui agitasi yang dijalankan PNI.

Mereka mencemaskan reaksi yang cukup keras dari pihak pemerintah kalau agitasi seperti itu tetap dijalankan. Hatta dari Negeri Belanda memperingatkan Soekarno agar agitasi itu dihentikan. Yang penting bukan tepuk tangan rakyat tetapi menyiapkan kader. Cipto Mangunkusumo dan tempat pengasingannya di Banda Naira juga memperingatkan Ir. Soekarno agar bersikap lebih moderat. Dia memperkirakan jika Soekarno jatuh. PNI tidak akan mempunyai pimpinan.

Peringatan-peringatan itu tidak diindahkan oleh PNI. khususnya Soekarno. Sebaliknya, agitasi politik semakin ditingkatkan. Apa yang dikhawatirkan oleh Hatta dan Cipto pun terjadi. Dengan tuduhan PNI menyiapkan pemberontakan melawan pemerintah pada akhir bulan Desember 1929, Ir. Soekarno dan beberapa tokoh lain ditangkap Mereka dijatuhi hukuman penjara.

8. Partai Indonesia (Partindo)

Hukuman penjara yang dijatuhkan kepada Soekarno menimlbulkan akibat yang serius bagi PNI. Partai ini kehilangan pimpinan utamanya. Di kalangan tokoh-tokoh partai yang masih bebas terjadi perbedaan pendapat mengenai nasib PNI dibubarkan atau dipertahankan. Dalam kongres yang diadakan pada bulan April 1931, Mr. Sartono yang mengambil alih pimpinan PNI, mengumumkan pembubaran PNI.

tokoh-tokoh partindo
(Sumber : sejarah.site)

Sesudah PNI dibubarkan, dibentuk partai baru, yakni Partai Indonesia (Partindo). Partai ini diketuai oleh Sartono. Asas perjuangan Partindo sama dengan asas perjuangan PNi. Partai ini pun berhaluan nonkooperasi. Sejumlah tokoh dan cabang PNI lama bergabung dengan Partindo.

Partindo mengalami perkembangan pesat setelah, Soekarno menggabungkan diri. Dia dibebaskan dan penjara pada akhir bulan Desember 1931 karena mendapat pemotongan masa tahanan. Cabang partai bertambah banyak Begitu pula jumlah anggotanya.

9. Pendidikan Nasional Indonesia


Pembubaran PNI pada kongres bulan Apri 1931 mengakibaktan terjadinya perpecahan anggotanya. Kelompok yang menyetuji pembubaran, mendirikan Partindo, sedangkan kelompok yang tidak setuju mempersatukan diri dengan membentuk "Golongan Merdeka". Mereka mendapat dukungan dari Hatta dan Syahrir yang masih berada di negeri Belanda.

Pada bulan Desember 1931, Golongan Merdeka mendirikan partai baru. Sesuai dengan saran Hatta, partai itu diberi nama Pendidikan Nasional Indonesia (lebih sering disebut PNI-baru) dipimpin oleh Sukemi. Setelah Syahrir tiba di Indonesia, pimpinan PNI-Baru diserahkan kepadanya (Juli 1932).

Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia
(sumber : tugassekolah.com)

Sesuai dengan namanya, PNI-Baru lebih mengutamakan mendidik rakyat di bidang politik. Tujuannya, ialah menumbuhkan kesadaran politik di kalangan rakyat. Untuk mengerahkan rakyat dalam perjuangan menuai kemerdekaan, mereka harus dididik terlebih dahulu agar memahami asas kedaulatan rakyat. Menurut PNI-Baru. rakyatlah yang mempunyai kekuasaan karena rakyat adalah jantung hati bangsa. Pemimpin-pemimpin terpelajar tidak akan ada artinya apabila tidak ada rakyat di belakang mereka. PNI-Baru tidak secara resmi menggunakan istilah partai tetapi tindak tanduknya sama dengan partai-partai lain seperti PNI sebelumnya dan Partindo. Seperti juga Partindo. PNI-Baru menganut aliran nonkooperasi. Keduanya juga berasal dan induk yang sama, yakni PNI.

Pemerintah Hindia Belanda menganggap PNI-Baru lebih berbahaya daripada Partindo, sebab dipimpin oleh tokoh-tokoh yang sudah berpengalaman dalam kegiatan politik di Negeri Belanda, khususnya Hatta dan Syahrir. Pemerintah yakin bahwa kepemimpinan mereka akan lebih berhasil membawa rakyat untuk menentang pemerintah. Oleh karena itu, kegiatan PNI-Baru mendapat pengawasan yang ketat. Seringkah rapat partai dibubarkan polisi politik.

Setelah pemerintah mengeluarkan vergaderverbod (larangan berkumpul dan berapat) pada bulan Agustus 1933, kegiatan PNI-Baru sangat terhalang. Pada tanggal 25 Februari 1934, pemerintah menangkap Hatta dan Syahrir serta beberapa tokoh-tokoh lainnya. Mereka diasingkan ke Digul. Hatta dan Syahrir kemudian dipindahkan ke Banda Naira.

10. Gerakan Wanita


Gerakan wanita mulanya merupakan gerakan sosial. Tujuannya adalah meningkatkan derajat dan tradisi yang mengekang seperti kawin paksa dan poligami. Upaya pendidikan meliputi pengetahuan umum dan pengetahuan diajarkan kepada untuk modal perempuan muda menjadi ibu rumah tangga. Tokoh-tokoh wanita seperti R.A. Kartini, Dewi Sartika Maria dari Gorontalo.

Pada tahun 1920-an organisasi wanita semakin berkembang. Begitu pula kesadaran mereka untuk berpartisipasi dalam gerakan politik, terutama organisasi yang berinduk kepada organiasai politik seperti Wanita Sarekat Islam dan Ina Tuni. Di kalangan organisasi-organisasi tersebut tumbuh pula keinginan untuk mempersatukan dii terutama setelah berlangunsg Kongres Pemuda.

Kongres Perempuan Indonesia
(Sumber : padamu.net)
Pada bulan Desember 1928 tujuh organisasi wanita mengadakan kongres di Yogyakarta. Organisasi-organisasi tersebut antara lain Putri Indonesia, Wanita Katolik, dan Jong Jawva bagian wanita. Kongres berlangsung dari tanggal 22 sampi 25 Desember 1938 dipimpin oleh R.A. Sukonto. Kongres ini menyepakati pendirian Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI). Kemudian diganti menjadi Perserikatan Perkumpulan Isteri Indonesia (PPII).

Tidak semua organisasi wanita bersedia bergabung dengan PPII. Salah satu di antaranya ialah Istri Sedar. Organisasi ini didirikan pada bulan Maret 1930 di Bandung, diketuai oleh Suwarni Joyoseputro. Istri Sedar berjuang menuju kesadaran wanita Indonesia dan derajat hidup wanita Indonesia untuk melaksanakan dan menyempurnakan Indonesia merdeka. Ia bersikap netral terhadap agama dan tidak terjun secara langsung di lapangan politik. Akan tetapi, ia tidak melarang, bahkan menganjurkan anggotanya memasuki salah satu organisasi politik. Dalam propaganda-propagandanya, Istri Sedar sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan antikolonialisme. Oleh karena itu, aktivitasnya diawasi oleh pemerintah.

11. Gerakan Buruh


Di Indonesia, organisasi buruh yang pertama berdiri ialah Maatsspoorweg (SS) Bond pada tahun 1905. Anggotanya terdiri atas para pegawai jawatan kereta api pemerintah. Organisasi ini bubar pada tahun 1912 setelah berdirinya Vereeniging van Spoor en Treamwreg Personeel (VSTP) pada tahun 1908.

Partai-partai politik kemudian berusaha mendirikan organisasi buruh atau "mempengaruhi organisasi buruh untuk mencapai tujuan politik, sebagian lagi menggerakannnya semata-mata untuk memperbaiki nasib para buruh. VSTP dipengaruhi oleh golongan kiri di bawah pimpinan Sneevliet dan Semaun. Sarekat Islam mempengaruhi Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB) yang didirikan pada tahun 1916 di lingkungan Jawtan Pegadaian. Semaun berusaha membentu sentral sarekat buruh, akan tetapi gagal. Usaha itu dilanjutkan oleh Raden Mas Suryopranoto. Pada akhir bulan Desember 1919, di Yogyakarta berdiri Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB)

Sarekat Buruh
(Sumber : sentralgerakanburuhnasional.blogspot.com)

Di beberapa tempat terjadi pemogokan sebagai protes terhadap gaji yang rendah. Pemogokan pertama dilancarkan oleh Personeel Fabriek Bond (PFB) di Yogyakarta, kemudian menjalar ke tempat-tempat lain. Pemerintah melarang pemogokan dengan alasan tujuannya bukan untuk perbaikan nasib buruh tetapi bertujuan politik.

Tahun 1920-an ditandai dengan berbagai pemogokan. Sebagian pemogokan itu berhasil dalam arti pihak majikan memenuhi tuntutan buruh seperti yang terjadi di Surabaya pada bulan November 1920. Pemogokan berlangsung selama dua bulan dan berakhir setelah majikan bersedia memperbaiki syarat-syarat kerja. Akan tetapi pemogokan yang dilancarkan oleh pegawai pegadaian pada tahun 1922 berakhir menyedihkan. Para pemogok dipecat. Begitu pula halnya dengan pemogokan pegawai dan buruh kereta api pada bulan Mei 1923. Pemerintah bertindak keras. Hak berapat para pegawai dikurangi dan para propagandis yang menganjurkan pemogokan dihukum.

Selama tahun 1930-an organisasi-organisasi buruh tidak lagi memperlihatkan sikap radikal. Pada umumnya organisai- organisasi tersebut propemer.ntah. Pada tahun 1929 berdiri Persatuan Vakbond Pegawai Negeri (PVPN) d, bawah pimpinan RP Suroso. Di dalam organisasi ini bergabung berbagai organisasi buruh yang semuanya adalah pegawai pemerintah. Di samping PVPN, berdiri pula Perhimpunan Pegawai Bestur Bumiputra (PPBB) di bawah pimpinan R.A.A Wiranatakusuma. Karena tidak berpolitik dan propemerintah, pada tahun 1931 PPBB mendapat jatah enam kursi di Volksraad

PVPN tumbuh menjadi organisasi yang besar pengaruhnya selama periode 1930-an. Organisasi ini berada di luar partai politik dan tidak bertujuan politik. Tujuannya ialah memperbaiki kedudukan pegawai negeri dan menentang hal-hal yang merugikannya. Karena tidak berpolitik, PVPN tidak dimusuhi oleh pemerintah. Akan tetapi, tidak berarti PVPN tidak melakukan protes sama sekali terhadap pemerintah, terutama bila tindakan pemerintah dianggap dapat merugikan pegawai negeri. Dalam kongres di Surabaya, pada bulan Januari 1934, misalnya, PVPN menentang peraturan pemerintah yang melarang pegawai negeri memasuki organisasi buruh bila dalam pengurusnya tidak ada seorang pun pegawai negeri.

Semoga tulisan singkat di atas bermanfaat untuk proses belajar sejarah sobat. Jika ada yang mau menanggapi atau memberikan masukan langsung saja tinggalkan coretan kalian pada kolom komentar. Demikian yang dapat saya bagikan tentang 11 Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia (Tokoh, Sifat, dan Tujuan).

Salam historia !

Sumber Referensi :

Amrin Imran dan Saleh A. Djamhari. 1998. Sejarah Nasional dan Umum 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
LihatTutupKomentar